Dalam "Musnad Ahmad" (5/422)
disebutkan dari Daud bin Abi Shalih ia berkata:
"Suatu hari Marwan mendapati
seorang lelaki menempelkan wajahnya pada kuburan. Marwan bertanya pada lelaki
itu, "Tahukah apa yang sedang kamu perbuat itu?" lelaki itu menoleh
dan ternyata ia adalah Abu Ayyub lalu menjawab, "Ya, aku sedang mendatangi
Rasulullah SAW dan bukan sedang mendatangi batu ini. Aku mendengar Rasulullah
SAW pernah bersabda: Janganlah kamu tangisi agama ini selama masih ditangani
oleh para ahlinya. Tapi tangisilah ia apabila ia ditangani oleh yang bukan
ahlinya."
Hadits ini juga diriwayatkan oleh
Al-Hakim (4/560) lalu ia berkata, "Hadits ini shahih sanadnya dan belum
dimuat oleh Bukhari dan Muslim." Adz-Dzahabi menambahkan dalam
Talkhishnya, "Shahih."
Fathimah Mengambil Segenggam Tanah
Makam Nabi SAW
Ibnu Asakir dalam "Tuhfah"
meriwayatkan bahwa Fathimah pernah mendatangi kuburan Nabi SAW lalu mengambil
segenggam tanah kuburan tersebut dan meltakkannya pada kedua matanya sambil
menangis.
Kisah ini disebutkan juga oleh Ibnu
Qudamah dalam "Al-Mughni" (2/213), As-Samhudi dalam "Wafaul Wafa"
(2/444), Al-Qasthallani dalam "Irsyadus Sari" (2/390), Ar-Rahibani
dalam "Mathalib Ulin Nuha" (1/926) dan Ali Al-Qari dalam
"Mirqatul Mafatih" (11/108).
Bilal Mengusapkan Wajahnya di kuburan
Nabi SAW
Dalam "Tarikh Dimasyq"
karangan Ibnu Asakir disebutkan bahwa Bilal pernah bermimpi bertemu Nabi SAW.
Dalam mimpi tersebut Nabi SAW bersabda, "Kekeringan apa yang telah
melandamu ini wahai Bilal? Bilakah datang waktumu untuk mengunjungiku?"
lalu Bilal tersadar dalam keadaan sedih. Setelah itu ia menaiki kendaraannya
menuju Madinah, mendatangi kuburan Nabi SAW lalu menangis di situ sambil
mengusapkan wajahnya pada kuburan Nabi SAW.
Lalu datanglah Al-Hasan dan Al-Husain
kemudian mereka berdua memeluknya dan menciumnya lalu berkata, "Wahai
Bilal, kami rindu mendengarkan adzanmu." Bilal pun memenuhi permintaan
mereka berdua, ia lalu mengumandangkan adzan dari atas atap. Ketika terdengar
lantunan suaranya mengucapkan "Allahu Akbar Allahu Akbar" kota
Madinah bergetar, ketika ia mengumandangan syahadat bertambah lagi
goncangannya, hingga ketika ia meneriakkan "Asyhadu anna Muhammadar
Rasulullah" para penduduk Madinah keluar dari rumah-rumah mereka sambil
berkata, "Apakah Rasulullah hidup kembali?" Sungguh tiada hari yang
paling banyak tangisan laki-laki dan perempuan di Madinah semenjak wafatnya
Rasulullah SAW melebihi hari itu."
As-Subki berkata dalam "Syifaus
Siqam" hal. 39, "Kami telah meriwayatkan kisah itu dengan sanad yang
bagus dan tidak perlu lagi meneliti dua sanad yang telah disebutkan oleh Ibnu
Asakir itu meskipun para perawinya sudah sangat populer dan terkenal."
Kisah ini juga disebutkan oleh Ibnul
Atsir dalam "Usdul Ghabah" (1/208) As-Samhudi dalam "Wafaul
Wafa" (2/408) lalu ia berkata, "Sanadnya bagus." Asy-Syaukani
berkata dalam "Nailul Authar" (3/105), "Telah diriwayatkan
perkara ziarah ke makam Nabi SAW ini dari sejumlah sahabat di antaranya adalah
Bilal sebagaimana dalam riwayat Ibnu Asakir, dengan sanad yang bagus."
Dalam kitab "Al-'Ilal wa
Ma'rifatur Rijaal" (2/492), disebutkan bahwa Abdullah pernah bertanya
kepada ayahnya, yaitu Imam Ahmad bin Hanbal, tentang seseorang yang mengusap
mimbar Nabi SAW dan mengalap berkah dengan usapan tersebut serta menciumnya,
begitu juga dengan kuburan dengan niat bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada
Allah SWT? Imam Ahmad menjawab: "Tidak apa-apa." Dalam kitab
"Wafaul Wafa" (4/1414) juga disebutkan seperti itu.
Imam Dzahabi berkata dalam
"Mu'jam Syuyukh"nya halaman 55: "Diriwayatkan bahwa Ibnu Umar
tidak suka mengusap kuburan Nabi SAW. Saya (Dzahabi) berkata: ia tidak suka
dengan hal itu karena menganggapnya sebagai tindakan yang kurang sopan. Imam
Ahmad pernah ditanya tentang mengusap dan mencium kuburan Nabi SAW dan beliau
tidak mempermasalahkannya. Kabar ini diriwayatkan oleh anaknya sendiri yaitu
Abdullah bin Ahmad. Kalau ada yang bertanya: mengapa hal itu tidak dilakukan
oleh para sahabat? Maka jawabannya adalah: sebab mereka dahulu sudah sering
bertemu langsung dengan beliau sehingga sudah cukup puas dengan hal itu, mereka
mencium tangan beliau bahkan hampir saja mereka berkelahi karena berebut air
bekas wudhu Nabi SAW. Mereka pun membagi-bagi rambut beliau yang suci di waktu
Haji Akbar. Apabila beliau meludah, hampir saja air ludah beliau tidak sampai
di tanah karena telah ditadahi oleh tangan sahabatnya lalu air ludah itu
diusap-usapkan di wajahnya. Adapun kita yang tidak mendapatkan jatah yang
sedemikian besar itu, kita hanya bisa berebut menggapai kuburannya dengan cara
beriltizam (menempelkan), tabjil (mengagungkan), istilam (mengusap) dan taqbil
(menciumnya). Tidakkah anda lihat bagaimana yang dahulu dilakukan oleh Tsabit
Al-Bunani? Beliau mencium tangan Anas bin Malik dan meletakkannya di wajahnya
sambil berkata: Ini adalah tangan yang pernah menyentuh tangan Rasulullah
SAW."
As-Sindi dalam Syarh Sunan Nasai
(1/222) berkata setelah menyebutkan hadits tentang shalat Nabi SAW di Thur
Sina: "Ini merupakan dalil yang kuat dalam masalah mencari jejak
orang-orang shalih, bertabarruk dengannya dan beribadah di situ."
An-Nasai meriwayatkan (5/248) dari
Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah SAW pernah menunjuk sebuah tempat yang di
situ ada sebatang pohon besar lalu beliau bersabda, "Di bawah pohon besar
itu telah dilahirkan 70 nabi." Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ahmad
(2/238), Malik (1/423) dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban (14/137).
Ibnu Abdil Barr dalam kitabnya
"At-Tamhid" (13/64-66) begitu juga dalam "Al-Istidzkar"
(4/406) berkata: "Hadits ini menjadi dalil tentang tabarruk dengan jejak
para nabi dan orang-orang shalih."
Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam
"Fathul Baari" (1/571) berkata: "Dalam riwayat Tirmidzi dari Amr
bin Auf bahwa Nabi SAW pernah shalat di lembah Ar-Rauha lalu beliau bersabda:
Di tempat ini dahulu shalat 70 nabi."
Ibnu Hajar kemudian berkomentar,
"Dapat dipahami dari perbuatan Ibnu Umar ini (dalil) dianjurkannya mencari
jejak Nabi SAW dan bertabarruk dengannya."
Dalam Shahih Muslim disebutkan bahwa
Asma' mengambil jubbah yang dahulu dipakai oleh Rasulullah SAW kemudian
mencucinya dan berkata, "Kami mencucinya untuk orang-orang sakit supaya
diberi kesembuhan dengan jubbah itu."
Sumber : http://www.facebook.com/groups/forum.diskusi.hadits/permalink/508920099126822